Siang tadi salah satu anak SMP, yang juga kebetulan tetangga ane, datang ke toko. Ia menyerahkan foto lama dirinya berukuran 2x3 dan bilang minta perbanyak foto tersebut.
Ane mengkerutkan kening memandang foto yang sudah lumayan kusam tersebut. Setahu ane, tuh bocah udah kelas IX SMP, sehingga otomatis udah ada kegiatan foto buat ijazah dong. Kenapa malah nyerahin foto tersebut?
Langsung aja ane tolak dengan tegas. Ane tanya ke dia, perlunya tuh foto buat apa. Dia bilang buat ngedaftar ke sekolah MAN di dekat sini. Terus ane bilang aja sebaiknya jangan pake foto ini, pake foto terbaru yang buat ijazah tersebut. Karena kebetulan banget, pagi tadi sekitar jam 9 an salah seorang anak cewek yang juga satu sekolah sama dia juga minta cetakin foto, dan dia membawa CD berisi kumpulan foto. Makanya ane dengan tegas menolak karena ane yakin, dia juga punya CD tersebut.
Tapi dia bilang, gak ada.
Ehh, arienai to omotta. Ane coba tanya sekali lagi, ada gak dia kegiatan foto-foto buat di ijazah nanti. Dia bilang udah. Nah, setelahnya ane tanya lagi, ada dikasih CD gak, ato disuruh bayar CD gak. Dia termenung sejenak dan kemudian bilang kalo dia memang ada disuruh bayar CD, 15.000. Tapi dia sudah gak ingat dimana meletakkan CD tersebut karena dia gak tahu apa isinya, dan dia pikir isinya gak begitu penting. Ya ampun. Ane tepuk jidat, dan menyuruh dia untuk pulang ke rumah sebentar untuk mencari CD tersebut. Dia tertegun sejenak, mencoba memastikan kalo yang ku minta untuk bawa itu kaset CD, CD yang buat diputer di DVD Player, bukan Flashdisk. Ane mengangguk mantep. Ayu dah, ambil sana!
Lima menit kemudian dia datang dengan nafas terengah-engah membawa sebuah kaset CD, kaset CD yang wujudnya gak jauh beda dengan yang dibawa cewek tadi pagi. Ane tersenyum sumringah dan menyambut CD tersebut. Namun waktu menyerahkannya ia masih bertanya memastikan apa benar itu kaset yang ku maksud dan apa benar disana ada foto dirinya. Aku menjawab yakin karena memang kebetulan pagi tadi, aku melihat penampakan dirinya di kaset si cewe. Ia lalu bilang kalo sebelumnya, dia sudah mencoba dua kali untuk memutar kaset tersebut di DVD Player, namun tidak terjadi apa-apa, tidak muncul apa-apa, termausk fotonya. Hingga akhirnya ia menyimpulkan bahwa kaset tersebut bukan barang penting dan menelantarkannya.
Ane tertegun setengah ternganga. Ternyata, masih ada orang yang lebih Udyk dibanding ane.
Sambil ngeprint foto si dia, ane mencoba untuk mengingat-ingat kembali pengalaman ane saat pertama kali mengenal kaset CD. Dulu, kaset CD bagi ane merupakan barang elit, karena dijual pake kotak gitu, bukan pake plastik macem kaset bajakan sekarang. Judulnya juga benar-benar masih kaset CD, bukan kaset DVD, sehingga kapasitasnya terbatas dan isinya cuma lagu mp3 atau video klip 10-15 biji. Tapi semenjak ane mengenal flashdisk dan internet, CD mulai terlupakan. Ane kembali bersentuhan dengan CD saat mengenal istilah burning. Ada masa ketika ane mulai memburning sebagian besar movie, drama, PV, lagu, dan lainnya yang ane miliki ke dalam DVD sebagai back up (kala itu masih belum kenal sama istilah harddisk eksternal). Sekarang juga, kaset CD ane gunakan untuk memburning soal-soal ulangan yang minta diketikkan oleh guru-guru di lingkungan ane. Intinya, entah sejak kapan, kaset CD telah beralih fungsi, bukan sebagai media pemutar movie/lagu, namun sebagai media penyimpan data.
Nah, untuk si anak SMP yang satu itu, kayaknya yang dia pikirkan bahwa kaset CD tersebut merupakan media pemutar film, sehingga dia sedikit tidak percaya kalo fotonya beneran ada di CD itu. Dia juga awalnya bertanya, dimana tempat untuk 'memutar' CD tersebut. Ku bilang pake laptop. Dan meskipun secara realita CD tersebut memang berputar, tapi intinya bukan untuk ditonton, tapi untuk diambil datanya.
Ah, pengalaman kecil yang membuat ane berpikir sejenak, ternyata masih banyak ilmu yang mesti kita tularkan ke sesama. Hal kecil yang kelihatannya sepele, tapi besar faedahnya.