Materai. Siapa yang nggak kenal benda itu. Sebagai orang yang berusia di atas 18 tahun, pasti mengenal benda ini. Meski tidak jelas kekuatan hukum sebesar apa yang dimiliki oleh materai, tetap saja benda kecil ini sering dicari-cari orang meski harga mahalnya tidak sebanding dengan ukuran kertas kecilnya.
Semenjak buka toko, ane juga sering berurusan dengan benda ini. Kebanyakan sih para pegawai yang datang mencari benda ini karena surat yang mereka urus selalu ujung-ujungnya di samping tanda tangan ada kata-kata bertuliskan 'Materai 6000'. Bisa juga terjadi untuk bapak ibu yang kepengen berhutang, bikin SKT, atau surat-surat resmi lainnya yang lagi-lagi entah atas perintah siapa, berdasarkan keputusan bersama mesti dibubuhi Materai 6000.
Perhatikan surat berikut! (Ya elah kayak soal ujian aja)
Gambar di atas merupakan gambar surat pernyataan guru PAI untuk menjapatkan tunjangan profesi guru, yang tentu saja, mesti memakai materai. Nampak sekali kan pemirsa, ada kotak segi empat yang isinya termuat tulisan Materai 6000 untuk memastikan bahwa yang menandatangani surat tersebut tahu dengan jelas bahwa dia harus menempelkan Materai 6000 tepat disana.
Nah, selanjutnya, silakan saksikan pula gambar di bawah ini. (Soal kedua. Wkwk)
Ini adalah gambar materai koleksi ane alias bahan jualan ane. Sebagaimana yang kita ketahui, Materai itu ada dua tipe, yang 6000 dan yang 3000. Selama ane jualan Materai, banyak orang yang salah kaprah mengartikan bahwa angka yang tertulis merupakan harga jual Materai tersebut. Kalo langsung beli ke Kantor Pos sih iya. Tapi bagi pedagang Udyk macem ane kan tentu harga jualnya mesti naik sedikit buat ngambil untung. Ah, tapi gak papa. Kalo yang namanya perlu, biar mahal dikit juga tetap dibeli. Lagian Kantor Pos jauh gan dari rumah ane. Ane gak bersaing dengan Kantor Pos. Nyaha.
Beberapa orang yang 'cerdik' namun 'Udyk' mencoba mengakali pembaca surat bila yang diminta cuma bentuk soft copy nya. Mereka nyari gambar Materai di internet, di copy ke surat, di print, di tanda tangani, lalu di scan. Hmm, kalo menurut Urang Udyk sih itu bukanlah kegiatan yang terpuji. Lagipula kalo diteliti lebih lanjut, di tiap materai itu ada nomor serinya. Sehingga satu materai dengan nomor seri yang sama tidak mungkin digunakan untuk dua surat yang berbeda. Tapi sekarang itu tergantung tingkat kejelian pembaca surat juga sih. Beliau kan juga gak tahu kalo materai dengan nomor seri tersebut telah di pakai di dokumen lain yang berada di nusantara entah bagian mana. #plak
Bicara masalah nomor seri, mari kita perhatian lebih lanjut gambar materai tersebut (soal nomor tiga). Selain nomor seri, juga terdapat gambar burung garuda yang merupakan lambang negara Indonesia tercinta. Tentu, selain itu ada nominalnya pula lengkap bersama ejaannya. Dan tidak ketinggalan, nama benda tersebut, MATERAI TEMPEL. Eits, tunggu sebentar. Hmm, coba teliti leebih dalam lagi. Eh eh eeeeh, ternyata tulisannya METERAI TEMPEL!
Ya ampun, Tukang Pos nya salah cetak yak? Ane yang udyk ini kembali meneliti tiap biji materai yang ada. Namun tulisannya tetap sama semua, Meterai Tempel, baik yang 6000 dan 3000. Astaghfirullah, jadi yang benar selama ini nama benda hijau mahal kecil berharga itu Meterai toh?
Haha. Waktu pertama kali menyadari hal tersebut, ane langsung mendiskusikannya dengan kakak ane. Beliau juga sama syoknya dengan ane, yang selama ini dengan mantapnya berpikir kalo benda tersebut bernama Materai.Ternyata, ane telah ditipu oleh puluhan surat-surat resmi yang ane baca, yang selaaalu ujung ujungnya ada kotak kecil di bawah bertuliskan Materai 6000, bukan Meterai 6000.
Penemuan kecil itu membuatku cukup kaget, namun juga membuatku tersadar kalo diri ini masih lumayan Udyk karena tidak menyadari kesalahan fatal tersebut. Ane coba untuk browsing di internet dengan mengetikkan kata kunci Materai 6000. Keluarlah artikel-artikel tentang Materai 6000 lengkap bersama fotonya, tanpa ada kata-kata saran perbaikan seperti "Mungkin maksud Anda Meterai 6000." Hmm, jadi google sendiri telah mengakui kalo nama nya adalah adalah Materai, begitu? Atau mungkin karena sudah terlaaalu banyak orang yang melakukan kesalahan yang sama, maka google menganggap kesalahan itu adalah hal yang sebenarnya 'benar'. Weleh weleeeh.
Namun jujur saja, Urang Udyk masih agak bingung tentang penyebutan 'e' pada suku kata 'me'. Kira-kira macam 'me' di kata 'menyesal' ato macem di kata 'kameha meha'? Hmm, kayaknya yang pertama lebih adem dikit, soalnya kalo diucapin kesannya kayak gak jauh dengan ejaan kata 'Materai', jadi gak terdengar aneh aja gitu, terutama di telinga pelanggan ane. Nyoho. Ujung-ujungnya mutusin sendiri.
Hmm, tapi baiklah. Setidaknya mulai dari sendiri, Urang udyk akan
mencoba mengurangi keudykan di dalam diri dan tidak lagi menulis benda
kecil hijau itu dengan Materai, tapi menjadi Meterai.Siapa tahu ada yang ketularan, dia tularin lagi ke orang lain, orang lain tularin lagi ke orang lain yang lain. Dan begitu seterusnya sampai pejabat yang berwenang tahu, dan berhenti menuliskan kata Materai 6000 dalam setiap surat resmi yang mereka buat, dan menggantinya menjadi Meterai 6000. Kan jadi amal jariyah tuh. Aaamiiiin. :-)