Para pemirsah dan pembaca blog yang budiman (yang kebetulan baca), Urang Udyk mau mengumumkan satu hal penting. Akhirnya, Urang Udyk berhasil mengurangi keudykan dengan mencoba hal baru dalam hidup yang singkat ini: untuk pertama kalinya setelah berumur lebih dari setengah abad, Urang Udyk beli pizza!
Sebenarnya sudah hampir sebulan ini Urang Udyk kepengen beli pizza, tapi gak kesampaian terus karena tempatnya jauh (walo jauh juga, tapi sering aja tuh mengewati). Well, dulu pernah sih sekali nyicip Pizza waktu diberi orang dikit, namun kesan ane waktu itu kurang begitu baik. Kok rasa pizza kayak gini yak? Kayaknya gak cocok nih ama lidah orang Indonesia, begitu pikir ane yang udyk kala itu.
Namun setelah hampir dua tahun berlalu, entah kenapa sekarang ane jadi kepengen nyobain pizza lagi. Pemicunya? Gara-gara kakak ane yang dulu dateng ke rumah sempat cerita kalo dia bersama keluarganya mampir ke Pizza Hut buat makan pizza disana. Nah, tuh kejadian udah sekitar dua bulanan yang lalu terjadi, tapi baru sekarang kesampaian buat belinya. :-D
Kebetulan hari ini ane pergi ke pasar buat belanja barang dagangan. Pulangnya, ane sempatkan mampir ke toko Pizza Hut satu-satunya yang ane ketahui ada di kota ini. Setelah parkir, ane langsung masang masker (Malu, belum pernah beli pizza nanti ketahuan udyknya. Kita bikin penyamaran dulu!), lalu berjalan ke pintu depan. Celingak celinguk sebentar, eh udah dibukain pintu aja sama mbak-mbak nya.
"Selama datang! Makan sini atau bawa pulang?" tanya si mbak dengan suara lugas.
"Bawa pulang," jawab ane takut-takut.
"Silahkan langsung ke kasirnya," si mbak mengarahkan.
Ane berjalan ke kasir dan disambut lagi sama mbak lain yang menjaga disitu.
"Selamat siang, mau pesen apa?" tanya mbaknya.
Ane nggak menjawab dan dengan sikap sok ngota mengambil buku menu dan membukanya. Ane terbelalak. Eh busyet kok banyak banget pilihan menunya? Ane pikir cuma bakalan ada satu doang jenis pizza nya macem Roti O. Ane bingung, menyerah dan akhirnya memilih untuk bertanya.
"Menu yang regular, apa yak?" tanya ane dengan udyknya.
Si mbak membalikkan buku menu dan menunjukkan menu macam-macam pilihan pizza (tadi ane baru sempat lihat sampai halaman dua udah pusing). "Silahkan dipilih yang mana. Ukurannya juga bisa milih besar, sedang, atau kecil."
Ane lihat-lihat menu, rada syok ngelihat daftar harganya, namun akhirnya menjatuhkan pilihan ke rasa Black Pepper.
Tampilan buku |
"Agak pedas gak papa mbak?"
Ane mengangguk mengiyakan.
"Chicken atau Beef?"
Ane mikir sebentar, lalu menjawab beef.
"Pinggirannya sosis, cheese atau nugget?"
Ane mikir lagi sambil membayangkan yang mana saja benda bernama sosis, cheese dan nugget tersebut, lalu akhirnya memutuskan untuk memilih yang nugget saja.
"Ukurannya kecil ya mbak?" tanya beliau memastikan.
Lagi-lagi ane mengangguk patuh.
"Black Pepper Beef ukuran kecil pinggiran nugget. Totalnya 54 ribu."
Ane mengambil uang di dompet sambil terpekik dalam hati. Masya Allah harganya mahal banget. Mahalan pada KFC lagi. Mudahan aja rasanya gak mengecewakan, begitu pikiran Udyk ane menari-nari di dalam keramaian.
Ngantri depan toko |
Setelah bayar, ane disuruh menunggu di depan pintu masuk untuk dipanggil. Cukup lama juga ane nunggunya, sekitar 20 menit, karena sebelum ane juga ada banyak pula antrian. Setelah lama menunggu akhirnya nama ane dipanggil. Lagi-lagi ane syok ngelihat rupa pizza lima puluh ribuan yang ane beli. Ukurannya lebih kecil dibanding ukuran piring emak di dapur! Nyaha. Tapi tak apa lah. Yang satu ini bendanya bisa dimakan, sedangkan pirng emak nggak. #plak.
Setelah singgah ke toko lain sebentar, ane pulang dan tiba di rumah sekitar jam 4 sore. Segera ane buka toko, baru kemudian membuka pizza yang ane beli. Laper, udah gak sabaran. Emak yang ngelihat di samping ane mencoba mengingat-ingat apa nama makanan yang ane beli. Setelah satu menit berpikir, beliau akhirnya ingat kalo namanya pizza. Nyoho. Emak lalu menanyakan berapa harga makanan itu. Ane jawab aja mahal.
Penampakan sesungguhnya |
"20 ribu?"
Ane menggeleng. "Lebih."
"25 ribu?"
Ane menggeleng lagi.
"30 ribu? 35 ribu? 40 ribu? 45 ribu?" Emak memasang tampang kaget. "Masa 50 ribu?"
Lagi-lagi ane menggeleng. "Lebih dari segitu, Mak."
Emak ikutan syok. "Ya Ampun, mana mau Ibu beli makanan mahal sedikit begini."
Ane ketawa. Dalam hal ini kami satu pikiran, namun karena sudah kelanjur beli, ayo makan!
Pertama-tama ane mengambil satu irisan dan menggigitnya sekali. Hmm, black pepper nya kerasa. Lumayan, nih pizza tidak sehambar pizza yang dulu ane makan. Gigitan kedua, ane mencoba pinggiran nuggetnya. Eh ternyata beneran nugget, kagak beda dengan nugget yang biasa ane makan. Ya eyalah. Selanjutnya, gigitan ketiga....
"Urangnya.... Urangnya...."
Belum sempat gigitan ketiga dimulai, ada yang manggil di toko. Terpaksa acara makan di tunda sejenak untuk melayani pelanggan yang satu ini, begitu pikir ane optimis. Tapi ternyata...
Gugur satu tumbuh seribu. Pelanggan satu pulang, datang lagi pelanggan yang lain gak putus-putusnya. Akhirnya ane harus puas menahan lapar sambil tetap melayani pelanggan dengan senyuman. Ujung-ujungnya ane gak bisa lagi makan pizza, dan para pelanggan benar-benar sudah pulang semuanya setelah jam 6 lewat, jam saat ane biasa menutup toko, 10 menit sebelum maghrib. Ah, ane sudah gak tahan. Segera setelah menutup toko, ane bergegas ke dapur untuk melanjutkan santap pizza yang tadi sempat tertunda. Ane ambil pizza dengan perasaan senang, membukanya, dan.... terpekik kecil.
Cobaan ternyata masih belum selesai. Pizza yang disimpan di lemari tadi tahu-tahu sudah dikerubungi semut. Dengan bersungut kesal ane singkirkan semutnya dengan tissue, dan memindahkan pizza yang ada di kotak ke piring biasa. Ya ampun, tampilannya kok jadi gak kayak model pizza lagi. Wahaha. Tapi biarlah. Intinya sekarang, mari makan yang sesungguhnya! Nyam.
Hm, ane makan pizza dengan lahap bersama kakak yang kebetulan ada. Kali ini sepertinya ane benar-benar tidak salah pilih pizza, rasanya pas di lidah ane. Dalam hitungan menit tuh pizza udah habis aja. Alhamdulillah....
Ane bahagia. Akhirnya kesampaian makan benda mahal yang satu ini, dengan rasa yang tidak mengecewakan. Sekarang sepertinya ane mulai mengerti kenapa ada orang (atau mungkin banyak orang) doyan sama pizza. Ternyata rasanya emang enak. Ane juga kepengen dong beli pizza lagi, dengan topping yang berbeda. Tapi yang jelas tidak dalam bulan-bulan ini. Mungkin dalam dua tiga bulan ke depan?
Harganya mahal. ^__^
Ending: selesai makan, ane baru sadar kalo ane melupakan satu hal penting saat makan pizza: saus sambal! Nyaha. Dasar Urang Uyk! ^o^